Selasa, 28 Mei 2013

Sebatas aku

Manakala kau tau aku pernah menjadikanmu satu-satunya penyebab pipiku merona saat menatap lesung pipimu. Akan berlakukan apa kau padaku? Bukan mustahil kau hanya akan menertawakanku sebagaimana air hujan yang semestinya membawa berkah bagi bumi, disalahartikan oleh penghuninya. Aku ini hanya selembar foto yang bukan apa-apa tanpa bingkai. Dan kau adalah bingkai yang nantinya ingin kujadikan penghias setiap alasan tersenyumku.

Tapi sayang, sekarang kau telah menjelma menjadi vas. Disinggahi bunga yang cantik menawan, elok rupanya, wangi harumnya. Bukan seperti aku yang hanya selembar foto berkspresi seadanya.

Minggu, 26 Mei 2013

Di bola matamu, pak

Aku memanggilnya, bapak. 
Bukan karna dia seorang pria yang sudah berumur tua, tapi kita memiliki perbedaan. Bukan perbedaan karakter atau lainnya, tapi kita memiliki tingkatan yang berbeda, dan aku memanggilnya sebab sekedar menghormatinya.
Pak, mungkin sulit untuk kau cerna tentang maksudku. Tentang benih yang ku tanam di dua bola matamu, bahkan mungkin telah ku semaikan di dalam hatimu. Sulit di cerna memang. Tapi kau perlu tau, bukan dengan ucapan aku menyampaikannya, mungkin lewat bola mata dan gestur tubuhku saat didekatmu. Itu saja. Juga tanpa kau sadari, aku.... 
Teduh, jika kau ingin tau apa yang ku rasa saat sayup matamu menatap ku dalam diam. Entah mengapa. Kadang satu alasan pun tak cukup untuk mendeskripsikan yang ku rasa. Kau cukup handal menyihir pandanganku. Sesaat kau terlihat diam, sesaat kau mencuri bola mataku, sesaat kau mendekap ku dalam canda. 
Aku cukup nyaman saat kau ajak dalam tatapan yang gelap. 
Aku nyaman saat kau membawaku pada kedua bola matamu yang dalam. 
Mengapa aku bisa terjebak dalam terjalnya pandanganmu? 
Mengapa aku terlalu menaruh harap di dalam kekosongan semu di dua bola matamu? 
Mengapa aku menginginkan adanya sesuatu yang lain dari bola matamu? 
sedang ku tak pernah tahu apa makna dari tatapanmu? setajam itu. selembut itu. 
Apa aku menyukaimu, pak? Atau lebih dari itu? Entahlah.... 
Tapi perlu kau tahu juga, aku nyaman dan aku sedang menikmati rasanya jatuh pada bola mata lelaki yang belum banyak ku kenal. Pada kesejukan senyumanmu saat kita tertawa renyah. Aku sedang menikmati rasanya jatuh hati pada lelaki yang sederhana yang telah menyihirku pada pandangannya yang lembut, yang dalam, yang gelap, yang ku tahu kau membuatku jatuh cinta. 
Sesederhana ini.

Kamis, 23 Mei 2013

berjani, mengingkari kemudian pergi

Isak sendu menggigil pilu,

Sayang, luangkan sedikit waktumu untuk menyendiri
Di sudut ruang tak berpenghuni berselimut sepi
Untuk sekedar merasakan sesak tangis yang mengalir dipipi
Akibat ulahmu, beribu kata bergumpal janji yang kau ingkari
Tak bisakah kau rasakan rasanya menjadi yang tersakiti?
Hanya sebab satu wanita dengan paras cantik yang menghantui
Hingga kau tega pergi meninggalkan aku sendiri
Tega melanggar, lalu kau pergi dengan cara yang kasar
Sedang aku disini tertatih menahan tangis untuk berusaha tegar
Sekuat yang aku bisa, sesulit ini yang aku rasa
Dimana rasa tanggung jawabmu, sayang?
Sekedar tuk pamit pergi pun kau tak mau,
Apa tak mampu melihatku meringkih
Menahan pedih kepergianmu dihadapanmu?
Atau kau sengaja pergi dengan cara yang seperti ini
Agar suatu saat hingga kau lelah dan kemudian menepi,
Kau bisa kembali kesini
Sedang aku yang lemah tak kuasa menolak kedatanganmu lagi

Sebab cinta belum pergi dan masih sama seperti tempo hari