Pagi ini hangat.
Sehangat kecupan mesra mu dari balik layar handphone.
Tercipta dari bulir-bulir embun yang menimpa rambutku di bawah rimbunnya pepohonan belakang rumah. Juga kerinduan yang semakin menumpuk di relung kalbu. Hmmmm nikmatnya.
Mengerenyitkan dahi sambil meneguk panasnya kopi pagi, belakangan menjadi rutinitasku sesaat setelah jarak terlalu angkuh menguji kesetiaan kita. Tapi tenang sayang, aku akan berteman baik dengan jarak dan waktu sampai ia berbaik hati mempertemukan kita di perasaan yang masih sama seperti sekarang, bahkan mungkin lebih.
Kopi ini ku racik semanis mungkin sebagai ganti kehadiranmu yang tak kunjung ada. Meski beberapa orang lebih menyukai menikmatinya dengan rasa yang pahit. Tidak dengan aku, yang merasa sendiri mengulur senyum rindu yang pahit. Karenanya, ku racik agar manis, semanis jarak mengangkuhkan dan mempertemukan kita pada saatnya.
Aku akan bersabar menunggu mu dari balik waktu, meski rindu ku rasa terlalu manja memukul batin untuk bertemu.