Minggu, 26 Mei 2013

Di bola matamu, pak

Aku memanggilnya, bapak. 
Bukan karna dia seorang pria yang sudah berumur tua, tapi kita memiliki perbedaan. Bukan perbedaan karakter atau lainnya, tapi kita memiliki tingkatan yang berbeda, dan aku memanggilnya sebab sekedar menghormatinya.
Pak, mungkin sulit untuk kau cerna tentang maksudku. Tentang benih yang ku tanam di dua bola matamu, bahkan mungkin telah ku semaikan di dalam hatimu. Sulit di cerna memang. Tapi kau perlu tau, bukan dengan ucapan aku menyampaikannya, mungkin lewat bola mata dan gestur tubuhku saat didekatmu. Itu saja. Juga tanpa kau sadari, aku.... 
Teduh, jika kau ingin tau apa yang ku rasa saat sayup matamu menatap ku dalam diam. Entah mengapa. Kadang satu alasan pun tak cukup untuk mendeskripsikan yang ku rasa. Kau cukup handal menyihir pandanganku. Sesaat kau terlihat diam, sesaat kau mencuri bola mataku, sesaat kau mendekap ku dalam canda. 
Aku cukup nyaman saat kau ajak dalam tatapan yang gelap. 
Aku nyaman saat kau membawaku pada kedua bola matamu yang dalam. 
Mengapa aku bisa terjebak dalam terjalnya pandanganmu? 
Mengapa aku terlalu menaruh harap di dalam kekosongan semu di dua bola matamu? 
Mengapa aku menginginkan adanya sesuatu yang lain dari bola matamu? 
sedang ku tak pernah tahu apa makna dari tatapanmu? setajam itu. selembut itu. 
Apa aku menyukaimu, pak? Atau lebih dari itu? Entahlah.... 
Tapi perlu kau tahu juga, aku nyaman dan aku sedang menikmati rasanya jatuh pada bola mata lelaki yang belum banyak ku kenal. Pada kesejukan senyumanmu saat kita tertawa renyah. Aku sedang menikmati rasanya jatuh hati pada lelaki yang sederhana yang telah menyihirku pada pandangannya yang lembut, yang dalam, yang gelap, yang ku tahu kau membuatku jatuh cinta. 
Sesederhana ini.

3 komentar: