Senin, 05 Agustus 2013

Aku takut, sayang.

     Berapa lama kita saling mengenal? Berapa lama kita meneguk manisnya jatuh cinta? Berapa lama kita saling cemas mengkhawatirkan satu sama lain? Dan seberapa lama lagi perasaan ini akan semakin dalam?
Kau tahu? Semakin lama aku menggenggam tanganmu dalam manisnya jatuh cinta, semakin besar rasa cinta yang timbul, dan artinya semakin sulit juga untuk tetap menahanmu berdiri disini menggenggam tanganku. Karna yang kutahu semakin lama kita bertahan, semakin besar angin yang akan menerpa. 
    Aku sedang merasakan perasaan takut, sayang. Aku takut kau akan merasa jenuh aku bahagiakan dengan caraku, apalagi ketika "sayang kamu lagi apa? jangan lupa makan yah? i love you :*" kini berubah menjadi "kamu lagi apa", atau ketika "selamat pagi sayangku, banguuuuuun jangan tidur aja :p" berubah menjadi tanpa pesan singkat lagi. Mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang, tapi bagi wanita, ada perasaan takut ketika semuanya berubah. Sebab wanita mengetahui sekecil apapun perubahan yang pria lakukan, entah berbentuk perhatian kecil atau kebohongan sekalipun. 
       Lantas aku harus bagaimana? Ketika ku pikir perasaan takut itu hanya muncul sekelebat namun ternyata semuanya tertahan sampai detik ini. Sampai aku berpura-pura tak mengkhawatirkanmu, tak merindukan perhatian kecilmu, bahkan sampai terbiasa berkata "nggak kenapa-kenapa sayang hehe jangan negative thinking terus ya, i love you" ketika kau bertanya "sayang kamu kenapa sih? kok balesnya cuek terus." Ada tangis yang tertahan di pelupuk mata, sesak dada yang harus kuhembuskan perlahan demi memperbaiki keadaan. 

Tuhan, tak salah kan jika aku harus menangisi ketakutan ini? Aku takut mencintainya terlalu dalam, hingga aku benar-benar tak bisa belajar bagaimana caranya melepaskan dia. 


     Mungkin aku tak sehebat wanita lain yang berani mengambil keputusan untuk sekedar bertanya "apa yang sebenarnya kamu sembunyikan?", "kamu jenuh ya sama aku?", "kenapa sih kamu berubah gini? jujur." Mungkin aku terlalu takut. Sebab terlalu besar rasa cinta yang kini ku teguk, hingga aku terlalu takut mendengar pengakuanmu sebenarnya. Tapi apa aku akan terus bertahan seperti ini? mencintai dalam ketakutan yang tak berujung? Ketika semuanya sudah benar-benar harus dilepaskan dan siap untuk kehilangan. Tidak! aku bukan wanita yang pantas untuk terus dibohongi. Aku harus siap melepaskan dan kehilangan ketika aku memutuskan untuk mencintai, siapapun termasuk kamu. Dan mungkin tak ada lagi perhatian kecilmu, foto-foto kita yang ku anggap gila dan kurang kerjaan, pemberian kecilmu yang bahkan masih kusimpan dan tak akan pernah ku buang sebab aku mengartikannya sebagai pemberian manis dari orang yang pernah membahagiakan aku walaupun pada akhirnya semuanya akan pergi, berlalu.

Dan aku tahu, bahwa kehidupan tak akan pernah abadi. Ada mencintai untuk tersakiti, ada mencintai untuk mengikhlaskan hingga mencintai untuk benar-benar kehilangan. Siap untuk menerima segala yang terjadi adalah bekal untuk memulai apapun yang akan kita jalani. Walau sulit melepaskan genggaman tangan kita, tapi aku akan belajar untuk melepaskan mu demi kebahagiaan kita bersama, meski sakit yang harus ku jalani terlebih dahulu.

Untukmu,
aku bangga pernah membahagiakanmu dengan caraku, pun sebaliknya. I love you :*





2 komentar:

  1. "apa yang sebenarnya kamu sembunyikan?", "kamu jenuh ya sama aku?", "kenapa sih kamu berubah gini? jujur. tiga pertanyaan ini terlalu provokatif buat sebagian cowo.

    Komunikasiin. Dan jujur. Waspadalah, waspadalah.

    BalasHapus