Pernahkah rinduku terbaca olehmu? tidak
Pernahkah rasa sayangku terbalas olehmu? tidak
Pernahkah pengorbananku berarti di matamu? tidak juga.
Lantas untuk apa aku bertahan sesakit dan selama ini jika bukan untukmu. Jika bukan karna alasan aku mencintaimu.
Apa ketika aku memutuskan benar-benar pergi dari pengelihatanmu baru kau akan menyadari betapa tak ada satupun wanita yang sepertiku? Apa tidak juga?
Harus seperti ini? bertahan untuk tak dianggap, mencintai untuk disakiti?
bodoh!!!
Selasa, 27 Agustus 2013
Senin, 26 Agustus 2013
Sabtu, 17 Agustus 2013
Mereka tak abadi
Ada yang ku dapat di minggu pagi ini, selain bisa meneguk manisnya teh dan menghirup teduhnya udara pagi ini,
"Bahwa sesuatu yang berlebihan kadang tak baik. Sebab ia hanya menjelma menjadi sesuatu yang kau kagumi lebih, dan akan membuatmu menomorsatukannya lebih dari Tuhan. Maka, cintailah apapun yang kau cintai selayaknya. Sebab seindah, sebagus, sebesar, dan sekuat apapun yang kau cintai adalah apapun yang tak abadi."
Jumat, 16 Agustus 2013
Padamu yang kini tlah pergi
Padamu yang kini tlah berubah
Aku tengah menggigil
Mendekap hangat mawar busuk pemberianmu
Kotak musik yang katamu hanya untukku
Sembari menahan sesak di gempitanya malam
Di bisingnya petir malam
Di derasnya rintikan hujan
Aku tengah menangisimu, sayang
Menangisi kepergian yang tak ku ingini
Mengapakah kau berubah begitu jauh?
Ada yang salah dari caraku mencintaimu?
Ada yang salah dari caraku membahagiakanmu?
Mengapakah kau tega meninggalkanku?
Di tengah bahagianya aku memilikimu
Di tengah bahagianya aku meneguk manisnya kata cinta darimu
Padamu yang kini tlah berubah
Aku harus katakan apa pada mereka?
Apakah aku harus mengatakan aku baik-baik saja
Sementara otakku tak berfungsi lagi
Hatiku tlah redup untuk ini
Ragaku rapuh untuk berjalan menapaki
Haruskah aku belajar pada kesendirian
Agar tau bagaimana caranya mengikhlaskan kepergian?
Padamu yang kini tlah pergi
Ajari aku bagaimana cara melepaskan
Ajari aku bagaimana caranya mengikhlaskan
Ajari aku bagaimana caranya terbiasa tanpa pelukan
Juga tuk berjalan ke depan tanpa kenangan
Aku tengah menggigil
Mendekap hangat mawar busuk pemberianmu
Kotak musik yang katamu hanya untukku
Sembari menahan sesak di gempitanya malam
Di bisingnya petir malam
Di derasnya rintikan hujan
Aku tengah menangisimu, sayang
Menangisi kepergian yang tak ku ingini
Mengapakah kau berubah begitu jauh?
Ada yang salah dari caraku mencintaimu?
Ada yang salah dari caraku membahagiakanmu?
Mengapakah kau tega meninggalkanku?
Di tengah bahagianya aku memilikimu
Di tengah bahagianya aku meneguk manisnya kata cinta darimu
Padamu yang kini tlah berubah
Aku harus katakan apa pada mereka?
Apakah aku harus mengatakan aku baik-baik saja
Sementara otakku tak berfungsi lagi
Hatiku tlah redup untuk ini
Ragaku rapuh untuk berjalan menapaki
Haruskah aku belajar pada kesendirian
Agar tau bagaimana caranya mengikhlaskan kepergian?
Padamu yang kini tlah pergi
Ajari aku bagaimana cara melepaskan
Ajari aku bagaimana caranya mengikhlaskan
Ajari aku bagaimana caranya terbiasa tanpa pelukan
Juga tuk berjalan ke depan tanpa kenangan
Senin, 12 Agustus 2013
Malam bercerita
Cahaya latar kota mulai terusik
hening, hanya ada suara jangkrik
krik.....krikkkkk........
Sedang aku kembali berjalan kesana kemari
mencari penerangan untuk diri sendiri
digelapnya malam yang sepi
Bulan disana apik ya,
dia takkan kesepian seperti aku
ada bintang yang setia mengelilinya
semantara aku hanya berteman api kaku
Duduk di balkon memandangi keindahan mereka adalah bahagia
bahagia karena aku tak lagi merasa sunyi sepi
cahaya mereka lebih indah dari sekedar nyala api
dan ada senyum yang tercipta dari kesunyian malam ini
Senyumku penuh luka tampaknya
masih saja mengingat apa yang seharusnya tak diingat :')
dulu saat malam mulai terusik
kamu ada disini menemani
kita sama-sama melindungi
dari dinginnya malam hari
mengoceh tuk sekedar bercerita
mengajak tuk tersenyum bahagia
melumpuhkan suasana gelap gulita
menjaga nyala api tuk tetap menerangi
lalu kita mulai bercerita lagi
sejenak diam, sejenak tertawa kembali
menyaingi terangnya cahaya bulan dimalam ini
Tapi mungkin kini semua tlah berbeda
kita harus menyadari bahwa apapun tak ada yang abadi
ada saatnya yang di miliki harus pergi
meninggalkan jejak cerita yang sulit dilupa
menerima saat semuanya benar-benar hilang
demi bahagia yang katanya bisa kau dapat diluar sana
Aku masih setia memutar ingatan kecil yang pernah kita dekap
sambil tetap menjaga nyala api tuk terus bersinar sendirian, tanpa kamu lagi :)
Senin, 05 Agustus 2013
Aku takut, sayang.
Berapa lama kita saling mengenal? Berapa lama kita meneguk manisnya jatuh cinta? Berapa lama kita saling cemas mengkhawatirkan satu sama lain? Dan seberapa lama lagi perasaan ini akan semakin dalam?
Kau tahu? Semakin lama aku menggenggam tanganmu dalam manisnya jatuh cinta, semakin besar rasa cinta yang timbul, dan artinya semakin sulit juga untuk tetap menahanmu berdiri disini menggenggam tanganku. Karna yang kutahu semakin lama kita bertahan, semakin besar angin yang akan menerpa.
Aku sedang merasakan perasaan takut, sayang. Aku takut kau akan merasa jenuh aku bahagiakan dengan caraku, apalagi ketika "sayang kamu lagi apa? jangan lupa makan yah? i love you :*" kini berubah menjadi "kamu lagi apa", atau ketika "selamat pagi sayangku, banguuuuuun jangan tidur aja :p" berubah menjadi tanpa pesan singkat lagi. Mungkin terlihat sepele bagi sebagian orang, tapi bagi wanita, ada perasaan takut ketika semuanya berubah. Sebab wanita mengetahui sekecil apapun perubahan yang pria lakukan, entah berbentuk perhatian kecil atau kebohongan sekalipun.
Lantas aku harus bagaimana? Ketika ku pikir perasaan takut itu hanya muncul sekelebat namun ternyata semuanya tertahan sampai detik ini. Sampai aku berpura-pura tak mengkhawatirkanmu, tak merindukan perhatian kecilmu, bahkan sampai terbiasa berkata "nggak kenapa-kenapa sayang hehe jangan negative thinking terus ya, i love you" ketika kau bertanya "sayang kamu kenapa sih? kok balesnya cuek terus." Ada tangis yang tertahan di pelupuk mata, sesak dada yang harus kuhembuskan perlahan demi memperbaiki keadaan.
Tuhan, tak salah kan jika aku harus menangisi ketakutan ini? Aku takut mencintainya terlalu dalam, hingga aku benar-benar tak bisa belajar bagaimana caranya melepaskan dia.
Mungkin aku tak sehebat wanita lain yang berani mengambil keputusan untuk sekedar bertanya "apa yang sebenarnya kamu sembunyikan?", "kamu jenuh ya sama aku?", "kenapa sih kamu berubah gini? jujur." Mungkin aku terlalu takut. Sebab terlalu besar rasa cinta yang kini ku teguk, hingga aku terlalu takut mendengar pengakuanmu sebenarnya. Tapi apa aku akan terus bertahan seperti ini? mencintai dalam ketakutan yang tak berujung? Ketika semuanya sudah benar-benar harus dilepaskan dan siap untuk kehilangan. Tidak! aku bukan wanita yang pantas untuk terus dibohongi. Aku harus siap melepaskan dan kehilangan ketika aku memutuskan untuk mencintai, siapapun termasuk kamu. Dan mungkin tak ada lagi perhatian kecilmu, foto-foto kita yang ku anggap gila dan kurang kerjaan, pemberian kecilmu yang bahkan masih kusimpan dan tak akan pernah ku buang sebab aku mengartikannya sebagai pemberian manis dari orang yang pernah membahagiakan aku walaupun pada akhirnya semuanya akan pergi, berlalu.
Dan aku tahu, bahwa kehidupan tak akan pernah abadi. Ada mencintai untuk tersakiti, ada mencintai untuk mengikhlaskan hingga mencintai untuk benar-benar kehilangan. Siap untuk menerima segala yang terjadi adalah bekal untuk memulai apapun yang akan kita jalani. Walau sulit melepaskan genggaman tangan kita, tapi aku akan belajar untuk melepaskan mu demi kebahagiaan kita bersama, meski sakit yang harus ku jalani terlebih dahulu.
Untukmu,
aku bangga pernah membahagiakanmu dengan caraku, pun sebaliknya. I love you :*
Jumat, 02 Agustus 2013
bawa aku menuju bahagiamu
Aku mengenalmu melalui doa, melalui pahatan kata yang ku
ucap pada Tuhan. Aku selalu mengharap kehadiran seseorang yang kelak menjadi
penuntunku ke surga. Tutur kataku fasih, sebab aku bukan mencari hartamu, pun
ketampananmu. Kini, aku menerima kehadiranmu berbalut air mata kebahagiaan,
dalam hati aku berucap ‘jika kau yang terbaik menurut Tuhan, maka kelak kau
akan menuntunku menuju terangnya cahaya surga bersama anak-anak kita nanti’.
Tuhan, tlah ku minta dia padamu
Tlah kau beri segala harap kerinduanku
Maka, jagalah hubungan kami
Pererat tali kasih kami jika kami akan hidup bersama
Peliharalah mata hatinya
Ingatkan dia pada kewajiban atasnya
Genggam tangan kami, Tuhan
Untuk duduk dikursi pelaminan
Mengucap janji kesetiaan
Memeluk bahagia kebersamaan
Sayang, jika hidup perlu menangis, maka buatlah aku menangis
karna sebuah kebahagiaan, dan jika hidup perlu untuk bahagia, maka buatlah aku
untuk selalu bahagia sekalipun diatas tangisan.
Sayang, bawa aku menuju bahagiamu; cahaya terang langit
Tuhan.
Langganan:
Postingan (Atom)