Jumat, 27 Desember 2013

Capung dan Pohon Mimpinya Part I

Ada cerita di balik nama akun twitternya @Capungketjil loh. Juga tentang nama blognya ini. Cerita ini hanya pikiran luas semata. Silahkan dibaca tapi jangan di percayai, karna ini bukan Tuhan. hehehe

      Jadi, suatu masa, pernah hidup seorang kakek tua di pelataran hutan rimba. Ia hidup seorang diri. Kesehariannya hanya meminta bantuan sang pemilik semesta untuk tetap terus menemaninya sampai akhir hayat. Hidupnya bergantung pada tubuh yang ia miliki, saat itu. Kaki yang membawanya berjalan menyusuri ruang yang curam, matanya yang menelaah tentang kegelapan di balik keindahan, telinganya yang tajam mampu mendengar segala peluh makhluk yang hidup disana, dan tangannya yang mahir menyulap dedaunan menjadi alas lukis. Ya, hobinya adalah melukis. Namun karna ia hidup seorang diri di hutan, dan tak memiliki bekal alat tulis apapun, ia hanya mengandalkan pada dedaunan berdiameter besar yang tumbuh melimpah di dalam hutan, dan ranting pohon yang yang mampu mengeluarkan cairan hitam sebagai tinta.

Pernah saat matahari belum naik dari peraduan, ia terbangun. Kaki yang tiba-tiba membawanya berjalan untuk terus melanjutkan perjalanannya. Gelapnya hutan masih mampu ia telusuri dengan berbekal suara dan cahaya yang kerap kali muncul dari bilik langit. Tangannya dengan cekatan menyingkirkan dedaunan lebat yang menghalangi pandangannya. Ia masih menyusuri hutan dengan tenangnya, tanpa ada perasaan takut sedikitpun.

Di tengah perjalanan, kakek tua itu berhenti. Ia melihat satu cahaya yang bersinar cantik terbang di depan tubuhnya. Dengan rasa penasaran, lalu ia bertanya “Hai cahaya. Bernyawakah engkau?”. Namun cahaya itu tak menjawab pertanyaan sang Kakek. Ia justru terus terbang pelan-pelan menjauh seolah memberi petunjuk jalan pada sang Kakek. Karna rasa penasarannya yang masih meluap, Kakek itupun menurut dan mengikuti kemana cahaya itu terbang.

Minggu, 22 Desember 2013

Selamat hari IBU

Selamat tanggal 22 Desember.

Selamat hari IBU bagi seluruh wanita-wanita hebat seisi semesta ini karna telah sabar menjaga anak-anakmu sampai sejauh ini.

Lalu sebagai anak, sudahkah kalian membuatnya tersenyum setiap hari? Minimal tak menyakiti perasaannya? Hmmm

Hari ini, aku terharu juga malu. Aku ternyata kalah dengan adikku yang paling kecil. Dia jauh-jauh hari sudah mempersiapkan kado istimewa untuk Mama. Memang tak seberapa, tapi maknanya berhasil membuat beliau menitikkan air mata :’)

Sabtu, 21 Desember 2013

Aku malu, Bu.

Aku malu, Ibu.
Aku malu pada ruang kosong yang selalu ku perdayakan.
Pada kegelapan yang menyeruak, juga keheningan yang menyelinap.

Aku malu.
Pada hujan yang terus mengetuk jendela untuk menyudahi sesalku.
Sementara aku masih meronta pada sang waktu untuk tetap menghidupiku.

Aku malu.
Pada airmata yang ku seka sendiri berkali-kali.
Atas kesesalan bahagia yang tak lagi utuh.

Aku malu.
Pada komitmen ku sendiri untuk tak menangisi kepergian siapapun.
Tapi nyatanya, kenyataan datang menampar dan kepergian yang menyisakan luka.