Langit, kau masih saja senja. masih basah tersiram air yang turun dari langit. tapi aku menggerenyit senyum menatap indah alam ini.
Langit, warnamu pekat mengabu-abu. kalau aku boleh bersuara lantang aku ingin menyamakanmu dengan seseorang disana. di dalam hati wanita lain. Dia sepertimu langit, mengabu-abu. sangat pekat.
Ah sudahlah, aku tak mau merintih pada catatan lirih kemarin.
Rasaku getir menoleh pada susunan awanmu. kau penuh pesona, ngit. Merah merujuk pada biru. Bergradasi :)
Sesenja ini kau menerbangkan berjuta-juta, berkilo-kilo riuhan angin. Mendekapku lewat sentuhan dinginmu.
Sungguh harus berkali-kali ku akui, penciptamu sungguh Maha. Maha segalanya. Sampai mataku saja berdecak kagum menatap ciptaannya.
Jika aku boleh bertanya, kenapa disetiap senjamu, kau membasahi pelataran tanah ini? Ini bentukmu meneduhkan kesibukan manusia dibumi kah? atau ini memang menjadi rutinitas kesukaanmu. Kurasa kau mampu menjawab, sayangnya aku tak bisa bicara lebih padamu selayaknya aku berbicara pada ribuan orang disekitarku.
"Langit, lewat senjamu, lewat terjangan air yang deras, dan lewat riuhan angin melintas, aku menitipkan sekepal rindu yang masih saja tersimpan rapi dihati. Kurasa rinduku ingin mendekap majikannya. sampaikan ngit :)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar